Kamis, 24 Desember 2015


5 BENTENG PENINGGALAN PENJAJAH DI MALUKU

Ada banyak Benteng peninggalan penjajah di Maluku sebagai akibat dari lamanya penjajahan di Indonesia. Benteng - benteng peninggalan penjajah tersebut tersebar hampir di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. Sebagian Benteng yang berpengaruh bagi kaum penjajah pada zamannya terdapat di daerah Maluku. Benteng - benteng tersebut juga dapat menjadi wawasan kisah sejarah dari bangsa Indonesia dimana kita sebagai sebagai generasi penerus bangsa Indonesia untuk tidak melupakan sejarah bangsa sendiri dan menjadi pelajaran kedepan untuk bangsa sendiri.

Adapun 5 Benteng - benteng peninggalan penjajah di Maluku dari ratusan Benteng - benteng di Tanah Air kita Indonesia, diantarannya : 

BENTENG BELGICIA - BANDA NEIRA MALUKU

BENTENG BELGICA pada awalnya adalah sebuah benteng yang dibangun oleh bangsa Portugis pada abad 16 di Pulau Neira, Maluku. Lama setelah itu, di lokasi benteng Portugis tersebut kemudian dibangun kembali sebuah benteng oleh VOC atas perintah Gubernur Jendral Pieter Both pada tanggal 4 September 1611. Benteng tersebut kemudian diberi nama Fort Belgica, sehingga pada saat itu, terdapat dua buah benteng di Pulau Neira, Maluku yaitu : Benteng Belgica dan Benteng Nassau. Benteng ini dibangun dengan tujuan untuk menghadapi perlawanan masyarakat Banda yang menentang monopoli perdagangan pala oleh VOC.


Pada tanggal 9 Agustus 1662, benteng ini selesai diperbaiki dan diperbesar sehingga mampu menampung 30 – 40 serdadu yang bertugas untuk menjaga benteng tersebut.


Kemudian pada tahun 1669, benteng yang telah diperbaiki tersebut dirobohkan, dan sebagian bahan bangunannya digunakan untuk membangun kembali sebuah benteng di lokasi yang sama. Pembangunan kali ini dilaksanakan atas perintah Cornelis Speelman. Seorang insinyur bernama Adriaan Leeuw ditugaskan untuk merancang dan mengawasi pembangunan benteng yang menelan biaya sangat besar ini. Selain menelan biaya yang sangat besar (309.802,15 Gulden), perbaikan kali ini juga memakan waktu yang lama untuk meratakan bukit guna membuat pondasi benteng yaitu sekitar 19 bulan. Biaya yang besar tersebut juga disebabkan karena banyak yang dikorupsi oleh mereka yang terlibat dalam perbaikan benteng ini. Akhirnya benteng ini selesai pada tahun 1672.


Sepuluh tahun kemudian komisaris Robertus Padbrugge ditugaskan untuk memeriksa pembukuan pekerjaan tersebut, tetapi ia tidak berhasil dalam tugasnya tersebut. Hal ini dikarenakan banyak tuan tanah yang beranggapan bahwa biaya tersebut tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan hasilnya, sebuah benteng yang hebat dan mengagumkan. Karena hal tersebut, Padbrugge menghentikan penyelidikannya.


Walaupun benteng tersebut dikatakan sangat hebat dan mengagumkan, tetapi masalah bagaimana untuk mencukupi kebutuhan air dalam benteng masih juga belum terpecahkan. Setelah menimbang-nimbang apakah akan menggali sebuah sumur atau membuat sebuah bak penampungan air yang besar atau membuat empat buah bak penampungan air yang lebih kecil, akhirnya diputuskan untuk menggali sebuah sumur di dekat benteng dan menghubungkannya dengan sebuah bak penampung air berbentuk oval yang dibuat di tengah halaman dalam benteng.


Pada tahun 1795, benteng ini dipugar oleh Francois van Boeckholtz—Gubernur Banda yang terakhir. Pemugaran ini dilaksanakan juga di beberapa benteng-benteng lain sebagai persiapan untuk menghadapi serangan Inggris. Satu tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 8 Maret 1796, benteng Belgica diserang dan berhasil direbut oleh pasukan Inggris. Dengan jatuhnya benteng ini, Inggris dengan mudah dapat menguasai Banda. Pada tahun 1803 dilaporkan, setiap kali ada satu kapal yang berlabuh, diadakan upacara band militer setiap jam 5 pagi dan jam 8 malam di benteng Belgica dan Nassau. Setiap hari Kamis dan Senin dilakukan pawai militer pada jam 6.30 pagi. Pergantian jaga dilakukan setiap pagi, siang dan malam pada kedua benteng tersebut, sehingga hampir setiap jam masyarakat yang tinggal dekat kedua benteng tersebut dapat melihat parade militer dan mendengarkan musik dari band militer. Benteng Belgica telah dicalonkan untuk menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1995.

Sumber : 
  • Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1992. Laporan Studi Kelayakan Benteng Belgica dan Istana Mini Banda - Maluku. Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala.
  • Tim Pelaksana Pemugaran Benteng Belgica, Laporan Hasil Pemugaran Benteng Beilgica di Kota Neira, Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, 1992.

BENTENG VICTORIA - AMBON MALUKU


BENTENG VICTORIA adalah salah satu benteng peninggalan Portugis terletak di Kecamatan Sirimau, pusat kota Ambon. Benteng Victoria merupakan benteng tertua di kota Ambon. Benteng Victoria dibangun oleh Portugis pada tahun 1775, tetapi kemudian diambil alih oleh Belanda. Benteng ini merupakan salah satu objek wisata yang ada di Pulau Ambon.

Pada masa pemerintahan kolonial, benteng Kota Laha diambil alih oleh Belanda dari Portugis dan mengubah namanya menjadi Benteng Victoria. Benteng Victoria didirikan oleh Portugis, dan diambil alih oleh Belanda. Belanda menggunakan tempat tesebut sebagai pusat pemerintahan, pertahanan, dan pembentukan kekuatan barisan tentara. Di benteng ini, pahlawan Pattimura digantung oleh Belanda pada 6 Desember 1817.

Benteng Victoria memiliki kamar - kamar dengan fungsinya masing - masing. Fungsinya sebagai tempat mengatur strategi dan tempat penyimpanan bahan makanan. Di depan Benteng Victoria terdapat pelabuhan yang dulu digunakan sebagai jalur penghubungan kapal antar pulau. Melalui pelabuhan tersebut, Belanda dapat mengangkut hasil rempah-rempah untuk didistribusikan ke benua Eropa. Di sebelah Benteng terdapat pasar bagi orang-orang pribumi. Jalan di depan benteng yang berhubungan langsung dengan bibir Pantai Honipopu bernama jalan Boulevard Victoria. Di Benteng Victoria terdapat meriam yang berukuran raksasa. Sekarang di beberapa kamar terdapat patung berukir yang terbuat dari kayu, dan peta perkembangan Kota Ambon dari abad 17 hingga 19, serta koleksi lukisan para administrator Belanda di Maluku.

Sumber : 
  • Pemerintah Kota Ambon

BENTENG DUURSTEDE - SAPARUA MALUKU
 
BENTENG DUURSTEDE dibangun pertama kali oleh Portugis pada tahun 1676, kemudian direbut, dimanfaatkan dan dibangun kembali oleh Gubernur Ambon Mr. N. Schaghen pada tahun 1691. Benteng Duurstede berfungsi sebagai bangunan pertahanan serta pusat pemerintahan VOC selama menguasai wilayah Saparua. Pada 16 Mei 1817 benteng ini diserbu oleh rakyat Saparua dibawah pimpinan Kapitan Pattimura, seluruh penghuni benteng tewas kecuali putra Residen yang bernama Juan Van Den Berg. Jatuhnya benteng Duurstede ditangan rakyat Maluku mengakibatkan kedudukan VOC di Ambon dan Batavia goncang. Oleh karena itu, VOC memusatkan perhatiannya untuk merebut kembali benteng. Segala usaha telah dilakukan VOC diantaranya adalah mengirim bantuan tentara dan persenjataan perang, namun demikian setiap penyerangan tersebut selalu gagal.

Sumber :
BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA AMBON

BENTENG AMSTERDAM - AMBON MALUKU

BENTENG AMSTERDAM adalah benteng peninggalan Belanda yang letaknya di perbatasan antara Negeri Hila dan Negeri Kaitetu, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, sekitar 42 km dari kota Ambon. Letak benteng ini tepat di samping pantai Negeri Hila dan Negeri Kaitetu. Benteng Amsterdam adalah bangunan kedua yang didirikan oleh Belanda setelah Casteel Vanveere di Negeri Seith hancur. Benteng Amsterdam merupakan salah satu bangunan tua yang berusia ratusan tahun dan merupakan bagian dari sejarah penguasaan VOC di Ambon, Maluku.

Sebelum menjadi benteng, tempat ini adalah loji milik Portugis untuk menyimpan rempah-rempah (pala dan cengkih). Benteng ini sangat berarti bagi Portugis karena pada masa itu, Teluk Ambon merupakan jalur keluar-masuk kapal-kapal dagang di Maluku. Daerah ini dijadikan Portugis sebagai pusat perdagangan rempah-rempah dan basis pertahanan dalam menghadapi serangan kapal asing. Pada tahun 1512 bangunan utama dari benteng Amsterdam pertama kali dibangun oleh Portugis yang dipimpin Fransisco Serrao. Seiring berjalannya waktu, masyarakat Maluku merasa dirugikan oleh keserakahan Portugis dalam memperoleh keuntungan atas rempah-rempah di Nusantara. Akhirnya hingga akhir abad ke-16 rakyat Maluku melakukan perlawanan terhadap Portugis. Situasi ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk memenangkan hati masyarakat Maluku dan menjejakkan riwayatnya di tanah Maluku. Setelah Belanda datang dan menguasai Pulau Ambon pada tahun 1605, mereka mengalahkan Portugis dan mengambil alih loji Portugis tersebut. Mereka mengubahnya menjadi kubu pertahanan yang dilakukan oleh Gubernur Jenderal Jaan Ottens pada tahun 1637. Hal ini juga didukung dengan terbentuknya Verenigde Oostindische Compagnie (VOC). Perubahan fungsi loji dilakukan karena saat itu sedang terjadi pertempuran antara Belanda dengan Kerajaan Tanah Hitu atau Kerajaan Hitu. Pertempuran tersebut terjadi pada tahun 1633-1654 dan dari Kerajaan Hitu dipimpin oleh Kapitan Kakialy.

Jenderal Jaan Ottens menghancurkan loji milik Portugis dan membangun rumah batu yang berbentuk sebuah benteng pada tahun 1637. Pembangunan benteng ditambah dengan pagar yang mengelilingi. Pada tahun 1642 benteng diperbesar oleh Gerrard Demmer dan kemudian pembangunannya dilanjutkan pada tahun 1649 oleh Gubernur Jenderal Anthony Caan. Pembangunan benteng diselesaikan pada tahun 1649 - 1656 oleh Arnold De Vlaming Van Ouds Hoorn (tokoh antagonis menurut orang Ambon dan Lease) dan menamakannya Benteng Amsterdam.


Konstruksi Benteng Amsterdam seperti sebuah rumah, sehingga oleh bangsa Belanda menyebutnya Blok Huis. Bangunan benteng terdiri dari tiga lantai dan menara pengintai di puncak atap. Lantai satu berbata merah dan lantai dua dan lantai tiga berkayu. Di lantai bawah ada penjara dan mesiu. Di setiap sisi bangunan terdapat jendela. Di depan benteng terdapat prasasti dengan lambang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Prasasti itu bertuliskan: BENTENG AMSTERDAM. Mulai Dibangun Oleh: Gerrard Demmer pada tahun 1642. Benteng Amsterdam termasuk benteng yang terpelihara di Maluku yang memiliki museum kecil sebagai tempat penyimpanan barang-barang peninggalan masa lalu. Lantai satu, dua dan tiga digunakan sebagai tempat tinggal tentara Belanda. Lantai satu digunakan sebagai tempat tidur para serdadu, lantai dua untuk tempat pertemuan para perwira dan lantai tiga digunakan untuk pos pemantau. Atap benteng ini berwarna merah dan tidak asli lagi. Benteng Amsterdam berada di samping lautan yang menghadap ke pulau Seram.


Benteng ini ditinggalkan oleh Belanda dalam keadaan rusak dan telah ditumbuhi sebatang pohon Beringin besar pada awal tahun 1900. Dari awal bulan Juli tahun 1991 hingga bulan Maret tahun 1994, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kantor Wilayah Provinsi Maluku) melakukan pemugaran atas Benteng Amsterdam. Di benteng Amsterdam terdapat perlengkapan perang dan barang pecah belah yang berusia ratusan tahun.


Benteng Amsterdam adalah saksi bisu perjalanan seorang naturalis asal Jerman yang bernama Georg Everhard Rumphius. Rumphius pernah tinggal di benteng ini pada tahun 1627-1702. Ia mempelajari dan meneliti tentang flora dan fauna di Pulau Ambon. Rumphius juga mengisahkan tentang gempa dan tsunami yang terjadi di Pulau Ambon dan sekitarnya pada tahun 1674. Walaupun pernah tertimpa gempa dan tsunami, Benteng Amsterdam masih tetap berdiri hingga sekarang.


Sumber :
"Benteng Amsterdam Ambon". Wisatamelayu.com
"Benteng Amsterdam". Kidnesia.com
Extremely Beautiful Maluku, Tempat Wisata Indah: Wisata Alam-Bahari-Kuliner-Tradisi, dan Hotel.
"Benteng Amsterdam". Ambon.go.id.      
"3 Benteng Gahar di Maluku". Travel.detik.com. 
"Benteng Amsterdam - Hila". Malukueyes.com.
"Benteng Amsterdam di Ambon". Beritadaerah.com

BENTENG NASSAU - SAPARUA MALUKU
 
BENTENG NASSAU adalah benteng Belanda pertama yang dibangun di Pulau Neira, Kepulauan Banda, Maluku. Benteng ini selesai dibangun pada tahun 1609, tujuannya adalah untuk mengontrol perdagangan pala, yang pada saat itu waktu itu hanya tumbuh di Kepulauan Banda.

Portugis sebelumnya telah berusaha untuk membangun sebuah benteng di lokasi ini pada tahun 1529 , tapi setelah membangun fondasi , mereka meninggalkan pekerjaan karena adanya resistansi dari penduduk setempat. Pada 25 April 1609 , komandan armada Belanda , Laksamana Verhoeven , mengirim 750 tentara untuk memulai membuat benteng di Maluku, kemudian mereka memilih bekas fondasi bangunan benteng yang telah dibuat oleh Portugis sebelumnya. Terancam oleh benteng dan kehadiran kekuatan Belanda , juga menentang rencana Belanda untuk memonopoli industri pala, maka orang Banda menyerang Belanda dan membunuh Laksamana Verhoeven dan 40 anak buahnya.

Belajar dari kejadian tersebut, Belanda mempercepat pembangunan benteng dan akhirnya selesai pada tahun 1609. Selain menjadi tempat pertahanan, benteng ini juga menjadi kantor administrasi Belanda di Pulan Banda. Pembangunan benteng lainnya menyusul di Banda Besar antara lain Benteng Hollandia dan Benteng Belgica.

Benteng Nassau yang terletak antara Pulau Banda dan Banda Besar, merupakan benteng dengan ukuran besar pada masanya, tetapi kemegahannya kalah dengan kehadiran benteng lain yaitu Belgica. Kedua benteng ini masih dapat dilihat sampai sekarang.

Sumber :
Hanna, Willard A. (1991). Indonesian Banda. Banda Neira: Yayasan Warisan dan Budaya Banda Neira. p. 27.
Milton, Giles (1999). Nathaniel's Nutmeg. London: Hodder & Stoughton. p. 3.
Hanna, Willard A (1991). Indonesian Banda. Banda Neira: Yayasan Warisan dan Budaya. pp. 28–29.
"Spice Islands Forts". Diakses tanggal 1/10/2013.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar